Usah Pikir lagi 3 (end)

Sudah ku kata, kata ku senjata
Jangan di singkir setiap budi bicara
Tersilap langkah menentang kata
Ku ada sebatang pena, setiap langkah itu
Ku tulis jua. ..

Pisau dua mata, lidah bercabang dua,
Hentikan bicara, boleh hentikan duka?
Siapa yang kata? Hamba tertanya?
Mungkin hanya satu petanda.
Manis mulut macam gula,
Dibelakang muka masam macam cuka,
Di depan terlentok rendah dirinya jua
Di belakang besar kepala, besarnya dosa.
Jika kau mengerti setiap apa yang aku bicara
Ku hanya perlu pentingkan diri ku saja
Bersama dia berlari jauh entah kemana,
Tiada siapa yang berhak menduga
Jangan diduga tanpa ilmu yang cetek di dada.
Ku sudah hidup lama, dengan akal berfkir,
Sudah ku harungi lautan air mata yang mengalir
Sudah ku rasa hujan taufan dan ribut petir
Semakin hampir, semakin getir,
Kenapa kau gundah gulana
Jika ini takdir, rujukan tak perlu dilampir.
Aku hanya ada satu hati yang akan ku gabung bersama
Dengan wanita yang cuma satu di dalam jiwa
Kau pacak sebatang besi berduri beracun di tengah antara kami berdua tetap takkan terpisahnya kami berdua, kami berdua, hanya kami berdua, takkan terpisah kami selamanya.

Ku sudah bosan dengan perangai manusia
Salah sendiri, salah orang lain yang dicari juga
Jaga ***** sendiri, ***** orang lain di cerca
Pinggan mangkuk sendiri, pinggan orang lain di pecah.
Pakai cantik sendiri, pakai orang lain di koyak
Carah salah sendiri, salah orang lain di carak
Waras akal dan hati, tapi dua orang di parak
Karar di harap lepas ini, tapi api semakin marak.

Tulisan cantik lebih enak dari berkata
Orang tak paham, mulut berkata, otak ke mana?
Diam itu menang, tulisan itu satu senjata..
Sakit hati sampai ke tulang, sakit di dada..
Lahir berasingan, tapi mati bersama,

Biarkan aku sendiri, depanku orang yang ku sayang
Jika sesekali aku menoleh belakang, belakangku hanya ada bayang.
Biarkan aku sendiri, depanku orang yang ku sayang
Jika sesekali aku menoleh belakang, belakangku hanya ada bayang.